Ke Bromo pake jalan kaki

Pagi itu tampak bersemangat sekali, entah kenapa kaki jadi semakin kokoh dan ingin beranjak ke tempat nun jauh disana. Pagi ini dingin, hem..memang beginilah setiap hari rasanya semakin tidak betah dan ingin menangis saja biar diberi ijin untuk pulang ke kos. Huh..dasar anak mama. Ni baru namanya Ngadas. Desa pegunungan, bukan perbukitan atau desa di kaki bukit. KKN di desa terpencil kaki gunung Bromo dijamin tidak akan menyesal.
Desa Ngadas letaknya berada di punggungan dari pegunungan Bromo. Sebelah timur laut kota Malang yang berbatasan dengan Lumajang dengan ketinggian diatas 2000m dpl, disanalah kami tinggal selama sebulan lamanya. Sudah tradisi, akhir semester lima ditandai dengan perayaan tinggal bersama menikmati alam bersama warga desa. Asik. Kami berlima belas menempati sebuah rumah yang sudah menjadi langganan tempat menginap anak2 KKN Biologi angakatan diatas kami. Peserta KKN putra menginap di kantor desa yang bisa disulap jadi penginapan bila malam menjelang sedangkan peserta putrid menempati rumah penduduk yang letaknya bersebrangan.
Entah ini ada hubungannya atau tidak dengan feng sui ala kejawen atau kepercayaan penduduk Ngadas yang dengan sengaja atau tidak menempatkan Kantor desa di puncak. Nah, kantor desa ditempatkan tepat dipuncak tertinggi desa itu.. Mungkin hal ini memiliki tujuan tertentu, misalnya bila ingin mengumpulkan warga tidak perlu repot dengan salon speaker, cukup dengan kentongan nisacaya akan terdengar gemanya hingga ke rumah paling bawah letaknya. Atau saat terjadi kebanjiran, maka tempat tertinggi yang terselamatkan adalah kantor desa. hidup kantor desa ngadas. tapi ada cerita serem dibaliknya..hii...Pada saat musim angin tiba yang biasanya jatuh pada bulan Juli-Agustus, sebagai pertanda masuknya musim kemarau, dan pasti bertepatan dengan jadwal KKN Biologi,angin bertiup sangat kencang, bergemuruh bak truk yang sedang lewat di subuh buta, padahal tidak ada siapa2 hanya suara angin. hmm..semakin merasuklah hawa dingin ke tulang rawan sekalipun. dan kami pun para putri tak ada yang berani ke kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan kantor desa..pengalaman yang cukup aneh..
Desa ngadas adalah desa yang menarik. salah satunya desa ini juga merupakan jalur pendakian untuk menuju gunung semeru jika masuk melalui kota malang. Dan biasanya banyak turis mancanegara dari orang tua, kakek nenek, atau remaja bahkan anak-anak yang melalui jalan desa ini. Mereka melaluinya dengan berjalan kaki, bukan dengan naik kendaraan Jeep atau sepeda motor. Hem..sehat juga. Padahal jarak dari desa ngadas ke perbatasan jemplang saja (persimpangan menuju gunung Bromo dan simpang desa Ranu Pani) kami tempuh dengan waktu 2 jam berjalan kaki. Hm..tidak terbayang lelahnya.
Tidak terbayang memang lelahnya..?? saya sekarang berani berkata, berat tidaknya medan jalur pendakian tidak bisa dibandingkan dengan jauh dekatnya jarak yang ditempuh. Beberapa pendaki mengatakan yang terpenting adalah semangat!! hYYaaa… samangad.. Dan memang sudah terbukti kami bersebelas yang terdiri anggota putra dan putri berani melancarkan aksi berjalan kaki menuju gunung bromo dari desa ngadas.. hemm..tak terbayangkan petualangan yang menakjubkan bukan..hahaa..
Niat sudah di pegang peta sudah ditangan bekal sudah disiapkan. Apalagi yang harus dibawa agar misi ini berjalan lancer.hmm.ongkos tentunya,, tidak? Kami tidak mempunyai alasan untuk membawa duit/doku/picis kata anak-anak ngadas. Karna misi ini dilancarkan untuk menyiasati rasa keingintahuan gunung bromo yang sekian besar tapi tanpa pengorbanan uang sedikitpun...bisa? Menipisnya uang jajan menjadi alasan utamanya..hee..maklum di ngadas kebutuhan pokok mengisi perut adalah number one. Jadi kami berfikir kalo uang yang kita keluarkan sebesar 750.00 untuk sebuah jeep menuju bromo plus muter2 sampe puas (Ngadas-jemplang-bromo-ngadisari (mungkin)-trus ke ngadas lagi). Alangkah baiknya jika untuk uang konsumsi yang kian hari kian berkurang (karena dipotong ini itu oleh bendahara, atau untuk keperluan ini itu) sudahlah jalan kaki saja.. lanjuuuttt… bisa juga untuk anggaran tambahan acara 17 agustusan nanti..hee..
sampailah di titik ini...senangnyaa..foto itu diambil setelah sampai di gunung bromo kemudian menuju perjalanan pulang, sambil beristirahat kami juga bersiap2 untuk melaksanakan kewajiban (dzuhuran)di padang pasir...kapan lagi ya...tak terbayang indahnya padang pasir di siang hari laksana berada di gurun sahara. pemandangan pagi nan sejuk di jemplang laksana Grand Canyon, ingat..! pemandangan ini kami dapat pada bulan agustus dimana musim kemarau melanda. panas lah kira2 begitu.
walaupun pulangnya kami tidak sepenuhnya berjalan kaki sampai ke desa ngadas, ada supir jeep baik hati yang mau memberi tumpangan kepada kami cuma2..haa..indahnya dunia..hee..lumayan kan dari bukit teletubbies ke ngadas..jauh banget>> o ya. pada waktu berangkata kami juga mendapat hadiah yang tak ternilai, ada supir pick up yang mau memberi tumpangan dari kuburan desa ngadas hingga jemplang..ambooooyy..kapan lagi..untungnya kami tidak beserta dengan kuda poni >_<..cukup sekian.. Luv U full Ngadas..

Comments

Popular posts from this blog